TIM JELAJAH PENGAWASAN NUSANTARA BAWASLU RI SAMPAI DI PULAU BALI
|
Tim Jelajah Pengawasan Nusantara Bawaslu Republik Indonesia pada tanggal 16 s.d 17 Nopember 2016 melakukan kegiatan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, ada dua tempat yang menjadi rencana kunjungan yakni Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, dan juga Desa Bengkala Kecamatan Kubutambahan Buleleng, dua tempat tersebut dikunjungi karena memiliki keunikan yakni pada desa Pegayaman mayoritas penduduknya beragama muslim, namun ada beberapa warga yang menggunakan nama Bali seperti nama putu, kadek ataupun ketut, di desa tersebut ingin dilihat toleransi yang tinggi yang ada antara penduduk yang beragama islam maupun yang beragama hindu. Dari toleransi tersebut apakah ada perbedaan selama adanya Pemilu ataupun Pilkada, apakah pernah ada gesekan maupun situasi panas selama adanya Pemilu/Pilkada. sedangkan Desa Bengkala di tuju karena dahulu di daerah tersebut banyak warganya yang menderita bisu/tuli, sehingga perlu dilihat bagaimana proses penyelenggaraan Pemilu/Pilkada di daerah tersebut, apakah penyelenggara telah memfasilitasi hak konstitusi warga yang menderita bisu/tuli agar tetap dapat memilih, dan sejauh mana sosialisasi calon telah berjalan terhadap penyandang disabilitas di desa tersebut. saat sampai di Desa Pegayaman Tim Jelajah Pengawasan Nusantara Bawaslu RI diterima oleh perangkat Desa Kaur Pemerintahan Desa Pegayaman, oleh tim diajukan pertanyaan antara lain bagaimana sejarah desa pegayaman? Yang dijelaskan oleh perangkat desa tersebut bahwa Pegayaman mungkin berasal dari kata gayam yang di bali disebut gatep. pohon gatep adalah sejenis tanaman keras yang buahnya dapat dan enak dimakan, versi ke dua sangat dimungkinkan kalau pegayaman berasal dari kata gayaman yaitu nama senjata keris yang populer waktu kerajaan mataram di jawa dibawah kekuasaan raja paku bowono 1 karena leluhur masyarakat Desa Pegayaman yang pertama berasal dari mataram dan oleh masyarakat Buleleng sering disebut sebagai “Nyame Selam” yang berarti saudara islam, keberadaan Desa Pegayaman sudah ada sejak jaman kerajaan sehingga tidak ada yang aneh jika ada warga yang memakai nama unik Bali yaitu Putu, Kadek, ataupun Ketut. Saat ditanya apakah pernah ada konflik di desa akibat Pemilu/Pilkada dijawab perangkat desa bahwa tidak pernah sekalipun saat Pemilu/Pilkada ada konflik di Desa tersebut karena walaupun memeluk agama yang berbeda namun kerukunan antara umat tetap dapat dijaga hingga saat ini. Tim Jelajah Pengawasan Bawaslu RI melanjutkan perjalanan ke Desa Bengkala, Tim disambut oleh Panwascam Kubutambahan dan PPL Desa Bengkala, disana Tim mewawancarai 3 orang penderita Bisu/tuli, seorang perempuan berumur 45 Tahun, seorang remaja berusia 18 Tahun, dan anak yang berusia 8 Tahun. Mereka diwawancarai berbagai hal diantaranya berapa orang di desa Bengkala saat ini yang masih menderita Bisu/Tuli? Dijawab oleh Panwascam untuk angka pasti sekitar 46 orang. Pertanyaan kedua apakah mereka pernah menerima sosialisasi terkait Pemilu/Pilkada? Dijawab oleh warga bahwa mereka sudah pernah diikutkan dalam sosialisasi terkait Pilkada Buleleng Tahun 2017 baik KPU maupun Panwas Kabupaten Buleleng, dilanjutkan dengan pertanyaan apakah ibu dan remaja yang berusia diatas 17 tahun tersebut sudah terdaftar dalam DPT? Dijawab oleh ibu dan remaja tadi bahwa mereka sudah terdaftar dalam DPT. Pada kesempatan di Bali ini Tim Jelajah mendapat sesuatu yang unik, karena di Bali secara umum diperoleh fakta bahwa ada toleransi yang tinggi diantara masyarakatnya walaupun berbeda keyakinan, pengalaman yang lain yang didapat yakni semangat penyandang disabilitas yang tinggi di Desa Bengkala, walaupun memiliki kekurangan namun semangat untuk berdemokrasi dengan memilih calon-calon pemimpin tetap ditujukkan oleh warga penderita bisu/tuli di Desa Bengkala.