Menulis Berita itu layaknya kita seperti Naik Sepeda atau Berenang
|
Denpasar, Bawaslu Bali – Hal tersebut disampaikan oleh Teguh Santosa Narasumber utama dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Kehumasan di Lingkungan Sekretariat Bawaslu Provinsi dengan Fokus diskusi Teknik Menulis Berita dan Siaran Pers, Selasa (14/7). Hal tersebut memiliki makna bahwa di dalam menulis suatu berita, seorang humas harus memiliki ilmu atau pengetahuan. Layaknya seorang naik sepeda ataupun berenang. Semua orang memang bisa melakukan semuanya hanya saja akan berbeda hasilnya jika mereka memiliki kemampuan atau pengetahuan.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kordinator Divisi Hukum, Humas, dan Data Informasi Bawaslu Republik Indonesia (Fritz Edward Siregar) pada pukul 12.00 Wita, Dalam sambutannya Kemampuan menulis di media cetak dan media elektronik pasti berbeda. Jangan hanya membuat secara bombastis saja tetapi harus sampai pesannya ke pembaca.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh seluruh staf Humas Bawaslu Provinsi seluruh Indonesia termasuk Bawaslu Provinsi Bali. Selain itu narasumber dalam kegiatan ini antara lain Kabag Humas dan Hubal Bawaslu RI Hengki Pramano, Tenaga Ahli Bawaslu RI Sulastio, dan Teguh Santosa Ketua umum jaringan cyber Indonesia.
Hengki menyampaikan tentang pentingnya kemampuan jurnalistik bagi Humas. Selain itu, seorang humas harus memiliki kemampuan dan ketrampilan menulis serta memiliki banyak media relation.
Sulastio sedikit menambahkan terkait teknik menulis berita dan siaran pers. Tujuannya dari berita dan siaran pers ini adalah untuk menciptakan pemahaman publik terkait Bawaslu, membangun Citra Bawaslu dan membangun Opini Publik yang "Menguntungkan".
Teguh Menyampaikan “Bawaslu Perlu melakukan perilisan berita terkait dengan Tahapan, karena media – media mainstream akan mencari berita tersebut, tentu mereka akan mencari informasi di sebuah Lembaga resminya, apabila bawaslu tidak menyediakan informasi tersebut, ada kemungkinan mereka akan mencari informasi di sumber lain, inilah yang kemungkinan akan mengakibatkan hoax, karena ketidak relevanan dari informan yang tidak memiliki kapasitas untuk menulis berita resminya”.